Follower

Rabu, 28 Maret 2012

Writing My Head Spins Story

Di sini ada dua pria duduk di atas kursi rotan. Salah seorangnya adalah teman kuliah sekaligus sahabatku dan seorang lagi adalah tetanggaku yang telah kuanggap sebagai orang tuaku sendiri. Muhibbuddin, sang teman sudah menemaniku di sini sejak siang hari tadi, sedangkan Bang Mahruddin baru saja datang, ia baru pulang menemani istrinya, Kak Faridah, dari rumah Kanwil Depag, atasan Kakak, untuk mengantar sebuah paket berisi plakat. Muhib dan Bang Din sejenak saling berbincang sebelum Bang Din menerima panggilan telepon, kemudian ia pun terlibat dalam berbincangan dengan seseorang via telepon mengenai hal hal pekerjaannya yang tidak terlalu kumengerti. Dan aku di sini mencoba menulis sesuatu di halaman blog, sesuatu apa pun itu yang mampu kucurahkan apa adanya agar kepenatan diri ini, kepenatan spiritualis, di antara kerumitan emosiol dan psikis, aku mencoba mencurahkan apa yang sedang kupikirkan.

Sudah beberapa minggu sejak aku balik dari kampung, aku mengalami kekacauan emosi diri. Bukan sesuatu yang rumit, namun yang terjadi tidak mudah untuk dijelaskan pada orang lain. Dan bagiku, menulis, mencurahkan isi hati dengan kata kata dapat menjadi sesuatu yang positif. Paling tidak dengan menulis kita tahu apa yang kita pikirkan, lalu kita mampu memilah milah apa dan bagaimana  seharusnya kita berpikir.

1 komentar: